Renungan Bulan April 2013 - Volume 2, Issue 5
Berbicara dengan TUHAN YESUS
Ada seorang anak kecil kelas 4 SD yang selalu mengucap syukur dalam keadaan apapun. Ia tinggal di suatu desa Milaor, Camarines Sur, di Negara Filipina. Setiap hari untuk sampai ke sekolahnya ia harus berjalan kaki melintasi daerah yang tanahnya berbatu dan menyeberangi jalan raya yang berbahaya dimana banyak kendaraan yang melaju kencang. Setiap kali berhasil menyeberangi jalan raya tersebut, Andoy selalu mampir sebentar ke Gereja untuk berdoa. Tindakannya ini diamati oleh Pdt. Agaton. Karena merasa terharu dengan sikap Andoy yang lugu dan beriman tersebut. Suatu hari ketika Andoy hendak masuk ke Gereja Pdt. Agaton menyapanya.
Bpk. Pdt : "Selamat pagi Andoy, apa kabarmu? Apakah kamu akan ke
sekolah?"
Andoy : "Ya, Bapa Pendeta!" balas Andoy sambil tersenyum.
Bpk.Pdt : "Mulai sekarang saya akan membantu dan menemani kamu
menyeberangi jalan raya tersebut setiap kali kamu akan menyeberang.
Andoy : “Terima kasih, Bapa Pendeta."
Bpk. Pdt : "sekarang apa yang akan kamu lakukan?"
Andoy : "Aku hanya ingin menyapa Tuhan Yesus... sahabatku."
Lalu Pendeta itu segera meninggalkan Andoy untuk melewatkan waktunya bersama
Tuhan, tapi kemudian Pdt. Agaton bersembunyi di balik altar untuk mendengarkan
apa yang dibicarakan Andoy. Andoy mulai
berbicara kepada Sahabatnya
Andoy : "Engkau tahu Tuhan, ujian matematikaku hari ini sangat buruk,
tetapi aku tidak mencontek walaupun teman2ku yang lain melakukannya. Ayahku
mengalami musim paceklik dan yang bisa kumakan hanyalah kue ini. Terima kasih
buat kue ini Tuhan!. aku tadi melihat anak kucing malang yang kelaparan dan aku
memberikan kueku yang terakhir buatnya. lucunya, aku nggak begitu lapar. Lihat,
ini sepatuku yang terakhir, mungkin minggu depan aku harus berjalan tanpa
sepatu. Engkau tahu Tuhan sepatu ini akan rusak, tapi tak mengapa, yang
terpenting aku tetap dapat pergi ke sekolah.
TuhanKu kata orang-orang kami akan mengalami musim panen yang susah bulan ini,
karena itu beberapa temanku sudah berhenti sekolah, tolong bantu mereka supaya
bisa sekolah lagi.
Oh ya, Engkau tahu Ibu memukulku lagi. Sakit sekali, tetapi aku bersyukur
karena masih memiliki seorang ibu. Dan rasa sakit ini pasti akan hilang.
Lihatlah lukaku ini Tuhan ??? Aku tahu Engkau mampu menyembuhkannya, disini
bekas lukanya (Andoy memegang bekas lukanya) Tolong jangan marahi Ibuku ya..???
memang dia sedang lelah dan kuatir memikirkan kebutuhan makanan juga biaya
sekolahku. Itulah mengapa dia memukulku.
Oh ya..Tuhan. aku rasa aku sedang jatuh cinta saat ini. Ada seorang gadis yang
cantik dikelasku, menurutMu apakah dia akan menyukaiku?
Ah..bagaimanapun juga aku tahu bahwa Engkau tetap menyukaiku karena aku tidak
perlu menjadi siapapun untuk menyenangkan hatiMu. Engkau adalah sahabatku.
Hei.. Tuhan, temanku, ulang tahunMu tinggal dua hari lagi, apakah Engkau
gembira? Tunggu saja aku punya hadiah untukMu. Tapi ini kejutan dan Aku harap
Engkau menyukainya. Ooops aku harus pergi sekarang. Selamat siang"
Kemudian Andoy segera berlari keluar dan memanggil Pendeta Agaton.
Andoy : "Pak Pendeta..pa Pendeta..aku sudah selesai berbicara dengan
Sahabatku, Tuhan Yesus, skarang anda bisa menemaniku menyeberang jalan!”
Kegiatan tersebut berlangsung setiap hari, Andoy tidak pernah absen sekalipun.
Pendeta Agaton berbagi cerita ini kepada jemaat di Gerejanya setiap hari Minggu
karena dia belum pernah melihat iman dan kepercayaan yang murni kepada Allah
dan bersyukur saat situasi yang sulit terjadi seperti yang dimiliki Andoy.
Saat hari Natal tiba, Pendeta Agaton jatuh sakit sehingga dia tidak bisa
memimpin gereja dan dirawat di rumah sakit. Pengelolaan Gereja diserahkan
kepada 4 wanita tua yang tidak pernah tersenyum, mereka selalu menyalahkan
segala sesuatu yang diperbuat orang lain.
Hari itu tgl. 25 Desember ketika 4 wanita tua tadi sedang berada di gereja
tiba-tiba masuklah Andoy dan hendak menyapa Sahabatnya.
Andoy: "Halo Tuhan..Aku ...”
4 Wanita : "Kurang ajar kamu bocah !!! Apakah matamu tidak melihat kami
sedang berdoa ??!!! Keluar.!!!"
Andoy begitu terkejut, karena tidak pernah ia diusir oleh Pdt.Agaton.
Andoy: "Dimana Bapa Pendeta? Dia seharusnya membantuku menyeberangi jalan
raya.. dia selalu menyuruhku mampir lewat pintu belakang Gereja. tidak hanya
itu, aku juga harus menyapa Sahabatku, hari ini adalah hari ulang tahunNya, aku
punya hadiah untukNya."
Ketika Andoy hendak mengambil hadiah tersebut dari dalam bajunya, seorang dari
keempat wanita itu menarik kerah bajunya dan mendorongnya keluar. Andoy sedih,
bingung dan setelah berpikir sebentar ia tidak mempunyai pilihan lain kecuali sendirian
menyeberangi jalan raya tersebut.
Di situ ada sebuah tikungan yang tidak terlihat pandangan, sebuah bus melaju
dengan kencang dan Andoy mulai menyeberang sambil melindungi hadiah tadi di
dalam bajunya, sehingga dia tidak melihat datangnya bus tadi. Tiba-tiba brakkk
... (terdengar bunyi gaduh dan bus tadi berhenti mendadak) Apa yang terjadi?
ternyata karena tidak bisa menghindari bus besar tadi Andoy tertabrak dan tewas
seketika. Orang-orang disekitarnya berlarian dan mengelilingi tubuh Andoy yang sudah
tak bernyawa.
Sedih...Saat itu entah darimana munculnya tiba-tiba datang seorang pria berjubah putih dengan wajah yang lembut namun penuh dengan air mata, ia memeluk tubuh Andoy dan menangis.
Orang-orangpun heran, mereka penasaran lalu bertanya;Orang-orang : " Maaf Tuan, apakah anda keluarga bocah malang ini ? Apakah anda mengenalnya ?"
Dengan hati yang berduka ia segera
berdiri dan berkata : "Anak ini namanya Andoy, Dia adalah sahabatku."
Lalu diambilnya bungkusan hadiah dari dalam baju Andoy dan menaruh didadanya.
Dia lalu berdiri dan membawa pergi tubuh Andoy. Kerumunan orang tersebut
semakin penasaran...
Malam itu, Pendeta Agaton menerima berita yang sungguh mengejutkan. Dia
berkunjung ke rumah Andoy. Ketika Pdt.
Agaton bertemu dengan orangtua Andoy ia bertanya; "Bagaimana anda mengetahui
putera anda meninggal?" Ibu Andoy menjawab sambil menghapus airmatanya:
"Seorang pria berjubah putih yang membawanya kemari."
Pdt. Agaton bertanya lagi: "Apa
katanya?"
"Dia tidak mengucapkan sepatah katapun. Dia sangat berduka. Kami tidak
mengenalnya namun dia terlihat sedih, sepertinya Dia mengenal Andoy dengan
baik. Tetapi ada suatu kedamaian yang sulit untuk dijelaskan mengenai dirinya.
Dia menyerahkan anak kami dan tersenyum lembut. Dia membelai rambut Andoy dan
mencium keningnya kemudian Dia membisikkan sesuatu" Jawab ayah Andoy.
Pdt.Agaton ; "Apa yang dikatakannya?"
Ayah Andoy menjawab; " Dia berkata Terima kasih buat kadonya. Aku akan
segera berjumpa denganmu.engkau akan bersamaku." Dan sang Ayah
melanjutkan, "Anda tahu kemudian. semuanya itu terasa begitu indah.. aku
menangis karena bahagia .. aku tidak dapat menjelaskannya, ketika Dia
meninggalkan kami ada suatu kedamaian yang memenuhi hati kami, Aku tahu
puteraku sudah berada di Surga sekarang. Tapi Pak Pendeta tolonglah katakan
siapakah Pria ini yang selalu bicara dengan puteraku setiap hari di Gerejamu?
anda pasti mengenalnya karena anda selalu berada disana setiap hari, kecuali hari
ini saat puteraku meninggal¨
Tahukah anda dimana Andoy berada
sekarang? Ya ia berada di sorga bersama Tuhan Yesus. Inginkah kita sekalian
juga ... berada di sorga nanti ? Ya kita semua menginginkannya.
Andoy memiliki hati yang selalu bersyukur. Walaupun situasi hidup yang
dialaminya sulit tetapi ia selalu bergembira karena ia tahu Tuhan Yesus
sahabatnya selalu mengasihi dia. Melalui peristiwa tabrakan tadi Tuhan Yesus
datang menjemputnya ke sorga.
Kiranya cerita ini mengingatkan atau menyadarkan kita agar selalu bersyukur.
Markus 10 : 15, Yohanes 15 : 9 – 17